Thursday, May 31, 2007

prince of jaipur

प्रिन्स औफ़ जैपुर adalah sebuah nama restoran india di fort bonifacio, kawasan manila. tempat dimana kami mengadakan farewell dinner kemarin. dari kantor berangkat jam 5.30an sore dan sampai di tempat tujuan sekitar jam 7an lebih. sepanjang jalan kami diiringi dengan rintik hujan dan kemacetan memasuki metro manila.

tempatnya biasa aja, rada remang2, ada mezzanine floor, yang katanya vip room, ada mini stage, yang katanya untuk panggung joget india tiap sabtu malam, tapi rame banget dengan lukisan dan benda2 seni lainnya bernuansa india dan mughal yang dipajang. ada satu ornamen yang mengezutkan, yaitu patung kepala budha yang dipahat dalam cerukan marmer, tetapi pas difoto menjadi gambar 3 dimensi (see slide).
beberapa jenis masakan yang sempat di inget dan dicicipin antara lain; biryani nasi khas india, naan semacam roti ato crips tapi manis rasanya, chapati seperti naan tapi tawar, sedangkan cocolannya adalah palak paneer bayam yang dihaluskan bersama bumbu2 warnanya hijau tidak pedas, papadum, ada juga yang namanya masala dosa ( katanya berdosa kalo nggak nyicipin-nya, halah...), trus chicken curry dan prawn curry. nah yang ada dalam gambar diatas itu adalah kebab ada bihari kabab dari beef, chicken kebab dari ayam, dan sebagainya. sedangkan minuman istimewanya adalah masala chi campuran teh dan susu manggo lassi dan banyak lagi yang udah lupa namanya. kalo ada kesempatan nggak ada salahnya mencicipin indian dishes.
(istilah dan photo dari berbagai sumber)

Read More......

Tuesday, May 29, 2007

saat dia berpaling

tulisan dibawah ini seratus persen bukan hasil karyaku, tapi goresan pena kecil Helvy Tiana Rosa. mulanya iseng cari inspirasi untuk menulis tentang "poeber kedoea, fakta disekitar kita", nggak taunya nyasar ke artikel ini, dan ternyata lebih dari sekedar mewakili apa yang ingin dituangkan dalam ide tadi...
menakjubkan! untaian katanya membuat hati trenyuh, membuka tabir apa yang dirasakan seorang wanita... sebenarnya tulisan untuk sebuah introspeksi diri. selamat menikmati.

Betapa perihnya. Perempuan itu menggigit bibirnya yang tiba-tiba asin darah. Sejak pagi hingga malam menyergap, ia masih menangis. “Tak mungkin,” desisnya, tetapi itu nyata. Ia sendiri yang membaca semua sms mesra itu. Suaminya telah berpaling. Sandaran hidup, pria terbaik di dunia itu, ayah anaknya, berkhianat! Sejauh apakah? Ia gelisah. Ia tatap potret perkawinan di dinding kamar mereka. Tiba tiba tangannya sudah bergerak meraih potret itu namun urung membantingnya. Gumpalan-gumpalan benci semakin membesar. Lalu ia pun tersungkur begitu saja di sudut kamar. Lelaki. Apa mereka semua sama?

Perlahan ia raih lagi ponsel suaminya yang tertinggal hari itu. Nyeri sekali. Perempuan yang entah siapa, hanya berinisial S menyapa suaminya melalui sms dengan “cinta”, “say”, “kiss u”, dan semacamnya. Beberapa saat lalu ia hanya cengengesan membacanya. Mungkin teman yang iseng. Tapi ia terhenyak dan tiba-tiba merasa terbanting. Pada bagian sent, ia melihat balasan sms suaminya! Kata-kata “say” dan “kiss u” juga ada di sana! Airmatanya semakin berderai-derai dan beliung-beliung dari berbagai penjuru menikam batinnya.

Belasan tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengenal suaminya. Tapi hari itu ia merasa suaminya tak lebih dari orang asing. Sangat asing.

Ia telepon suaminya sambil menangis. “Apakah abang baik-baik saja?” isaknya. Suara sang suami datar menjawab bahwa ia baik-baik saja dan menanyakan kabar istrinya. Perempuan itu tak sanggup. Ia putuskan telepon. Ia sms suaminya dengan satu kata: S.

Dengan bercanda suaminya membalas sms. S? Bukan siapa-siapa. Hanya teman virtual. Bisa jadi siapa saja. Mungkin nenek-nenek atau lelaki.

Tapi perempuan itu telah membaca gelagat. Ia menangkap aroma kebohongan itu.

Dengan sekuat hati mencoba menjaga emosi, ia pergi menuju wartel terdekat. Ia telpon perempuan misterius itu. Ia berpura-pura mengetahui nomor itu dari seseorang dan akan mengabarkan tentang seseorang lainnya yang sakit parah. Suara di ujung telepon menjawab sekadarnya: “Salah sambung!”

“Boleh saya tahu ini siapa?”

“Saya Lina.”

Dengan sebukit ingin tahu yang kian meninggi, perempuan itu menekan nomor hp “S” kembali. “Mohon maaf ya, tapi saya diberikan nomor ini. Apa betul ini Mbak N?”

“Nama saya Shinta! Saya di bandung bukan di Menteng. Saya lagi puasa! Salah sambung!” ketusnya.

Tapi tadi Lina, sekarang Shinta?

Perempuan itu kembali ke rumah dengan langkah yang semakin gontai dan airmata yang terus bercucuran. Ia sms kembali suaminya:

Siapa dia Bang? Mengapa?

Bkn siapa-siapa. Hny teman virtual. Aku malah tdk ingin btemu dngnnya. Tidak ingin tahu siapa dia. Aku hanya curhat.

Curhat? Mengapa bkn dengan aku saja, Bang? Maafkan aku, maafkan kekuranganku hingga Abang harus bpaling. Aku memang istri yang tidak peka dan tidak berguna. Aku merasa….

Sayang, aku yang minta maaf. Mungkin seumur hidup kamu akan terus terluka. Aku menyesal. Apapun kekuranganmu tak boleh membuatku berpaling darimu….

Hening. Airmata.

Entah bagaimana, tiba-tiba kata maaf dan penyesalan dari suaminya bertubi-tubi muncul di ponsel perempuan itu.

Tolong maafkan aku. Aku yang salah karena meladeninya. Aku mrs menemkn sosok ibu rmh tg yg baik pd drnya. Tlg maafkan aku. Jgn hkm dirimu krn keslhanku.

Aku yg slh, bdh, tdk peka. Tidak berguna sbg istri. Setelah ini mgkn aku tak sanggup lg mhadapi matahari.

Perempuan tersebut bersiap siap. Mungkin ia harus pergi. Entah untuk sebentar atau selamanya. Entah kemana. Mungkin ke tempat di mana matahari dan bulan tak ada. Ia menangis lagi saat menatap wajah anaknya.

“Ada apa, Bu? Mengapa hari ini ibu menangis terus?” Tanya sang anak.

Ia tak sanggup menjawab, hanya memeluk. Lalu pelan ia berbisik, “ibu mendapat cerita sedih teman Ibu dari sms. Tolong doakan ya semoga semua baik-baik saja.”

“Tapi mengapa mata ibu sembab?”

Ia paksa membuat lengkung pelangi terbalik di wajahnya. Anaknya tersenyum dan bermain kembali.

Tolong maafkan aku. Hukum aku. Bencilah aku. Ini akan menjadi hukuman seumur hidupku, sms suaminya lagi.

Perempuan itu menatap cermin buram di kamarnya. Apa yang sudah aku lakukan? Apakah aku luput memperhatikan dia? Apa aku terlalu banyak di luar?

“Kamu sangat dibutuhkan masyarakat,” terngiang kata begitu banyak orang, juga suaminya. Benarkah? Tapi ia juga dibutuhkan suami dan anak-anaknya….

Sungguh, perempuan itu telah menetapkan rambu-rambu itu untuknya. Ia baru akan pergi setelah suami dan anak-anaknya keluar rumah dan tiba di rumah sebelum mereka pulang. Ia coba menyempatkan diri memasakkan suaminya, membuatkannya segelas susu setiap pagi. Apakah suaminya ingin ia juga mencuci dan menyetrika baju lelaki tercintanya itu dengan tangannya sendiri? Ia mau sekali. Namun cukupkah waktu untuk itu semua? Bukankah dulu suaminya juga yang berkata bahwa hal seperti itu bisa dilakukan siapa pun, namun apa yang perempuan itu kerjakan, sedikit saja perempuan yang mampu melakukannya.

Bantal yang menyangga kepala perempuan itu telah basah oleh airmata.

Izinkan aku menjelaskan semua. Tlg maafkan aku. Mohon bukakan pintu rmh untukku mlm ini…, jangan pergi….

Perempuan tersebut tak lagi membalas sms suaminya. Haruskah ia pergi malam ini? Bagaimana dengan anak-anak? Bagaimana pernikahan mereka? Haruskah berpisah? Ah, ia berharap kini ia tengah tertidur, lalu kecupan mesra sang suami membangunkannya dari semua mimpi buruk.

Perlahan diseretnya kakinya yang seakan-akan melemah, ke kamar mandi. Ia siramkan air ke wajahnya. Lalu ia berwudhu. Ia harus segera menghadapNya untuk mendapatkan ketenangan. Bernaung dalam cintaNya di saat ia tak lagi merasa memiliki cinta sejati di dunia ini selain kasih ibu.

Ia tak tahu sudah berapa lama ia tersungkur di atas sajadah, ketika sayup-sayup terdengar langkah suaminya. Hari sudah larut. Penghuni rumah yang lain telah lelap. Ia hapus airmata di pipi dan bangkit. Ia akan membuka pintu rumah dan menghadapi sendiri seperti apa mimik suaminya saat mereka bertatapan pertama kali setelah peristiwa itu.

Tak ada kata kecuali salam yang diucapkan dan dijawab. Perempuan itu mencium tangan suaminya dengan kaku. Dan lelaki itu mengecup pipi, kening serta bibir sang istri, seperti sebuah ritual yang ia lakukan dengan kesadaran penuh.

Baru beberapa langkah, lelaki itu memegang tangan istrinya dan berkata: “Bolehkah aku memelukmu?”

Perempuan itu hanya diam. Suaminya memeluknya dengan kuat diiringi bertubi maaf. Perempuan itu berderai-derai. Apakah ini suamiku? Atau entah orang asing mana? Ia merasa dirinyalah yang terasing di antara suaminya dan perempuan berinisial S itu.

Perempuan itu terlalu luka untuk mengumbar amarah. Ia hanya terdiam. Menjaga malam dengan matanya yang berembun. Namun suaminya tak juga beranjak dari sisinya.

Lampu telah mati sejak tadi. Mereka berbaring bersama bersisian. Setelah beberapa saat udara hampa kata, dengan suara bergetar lagi-lagi suaminya meminta maaf. “Aku yang salah. Aku egois. Aku tergoda. Meski kami belum pernah bertemu dan hanya berkirim email serta sms, aku telah mengkhianatimu.” Lelaki itu tak lepas mencium tangan istrinya.

Senyap. Perempuan itu menelan lukanya. “Siapa dia, Bang? Apa dia sudah menikah?”

Suaminya menyebut nama perempuan itu. Janda cerai hidup dengan dua anak. Ibu rumah tangga biasa. “Tapi kami belum pernah bertemu.”

Janda? Cerai hidup? Dua anak? Perempuan itu terhenyak. “Belum bertemu tapi mengapa begitu akrab? Ia bahkan tahu nama anak-anak dan saudara kita?”

“Karena aku sering bercerita padanya.”

“Dan dia? Tidakkah dia juga sering bercerita?”

“Ya. Semua terjadi begitu saja. Mengalir begitu saja. Tiba-tiba di dunia itu kami menjadi sangat akrab…,maafkan aku….”

Sembilu memahatkan lagi luka yang nanah di batin istrinya. “Aku yang salah,” suara istrinya bergetar. “Mungkin terlalu banyak celah dalam diriku yang membuat perempuan itu bisa masuk dalam batinmu. Akulah pintunya. Mungkin karena aku terlalu sibuk. Mungkin karena aku tak pintar mengurus rumah tangga….”

“Tidak,” lelaki itu mengecup kening istrinya. “Itu salahku. Hatiku tak bersih. Seharusnya aku tak egois. Kamu istriku, adalah harapan banyak orang. Aku yang egois….”

“Kita sudah sepakat menjaga komunikasi. Aku tak mengerti. Aku memang bodoh dan tidak peka,” kata perempuan itu lagi.

Suaminya terus menggenggam jemari istrinya, mengecup dan menaruh di dadanya.

Perempuan itu masih menangis. “Lalu apa, Bang? Apa yang harus kulakukan?”

Suaminya menarik napas panjang sambil membelainya. “Tidak ada. Aku yang harus bertobat. Aku malu pada Tuhan, padamu, pada dunia….”

Hening. Lalu ia dengar suaminya terisak dengan dada berguncang, mendekapnya erat. “Tolong beri aku kesempatan. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Aku tak akan pernah lagi berpaling darimu. Tak akan pernah meninggalkanmu….”

Perempuan itu menatap langit kamar yang kelabu. Belasan tahun bersama, berapa banyak kebohongan di antara mereka? Ia merasa mengenal suaminya sangat baik. Kalau ada lelaki di zaman ini yang tak pernah berbohong, maka ia begitu yakin itu adalah suaminya. Dan kini, apa yang tersisa dari keyakinan itu?

Ia gigit lagi bibir bawahnya dan masih menemukan asin darah yang sama. Ah, ia merintih menahan perih itu. Hampir setiap saat ia menampung keluh kesah para sahabat dan banyak teman tentang suami-suami mereka yang berselingkuh. Dan apa yang ia katakan? Kalau suamimu selingkuh, introspeksi dirimu. Baca kembali dirimu, mungkin ada yang keliru dengan buku hidupmu. Namun bila selingkuh itu telah sampai pada kontak fisik, engkau tak salah bila memutuskan pergi dari hidupnya. Dan bila itu terjadi padaku—kata perempuan itu---aku akan benar-benar pergi! Ah, tapi kan suamiku bukan seperti suami perempuan lain…, yakinnya dulu. Ya dulu sampai dengan hari itu.

Malam semakin larut dan dingin. Perempuan itu menggigil menyadari apa yang terjadi. Berapa lama? Tiga bulan, kata suaminya. Perempuan itu mengirim email lebih dulu. Suaminya menjawab. Semakin lama email-email itu kian panjang. Berseliweran setiap hari dan meningkat pada sms. Setelah itu? Perempuan tersebut bergidik. “Kami belum pernah bertemu…,” terngiang lagi kata suaminya. “Aku hanya pernah melihat fotonya….”

Tapi sapa mesra itu?

“Maafkan aku…,”lirih suaminya. “Maafkan aku…,” katanya tak putus sambil mendekap istrinya yang kaku.

Bulan mulai lelah. Sebentar lagi mentari akan menggantikan tugasnya menerangi bumi. Namun apakah kata maaf dari suaminya dapat menerangi lagi batin perempuan itu?

Kaku sekali ia beringsut mendekati dengan suaminya. Ia rasakan letupan duka itu saat ia mendekap suaminya. “Maafkan aku juga….”

“Cinta, kamu tak salah, aku yang salah,” itu lagi kata suaminya. Lelaki itu terisak di dadanya.

Dengan mata yang terus terjaga perempuan itu berusaha menghentikan airmatanya. Ia bersyukur hari itu ia tak emosi, apalagi memaki-maki perempuan itu. Ia hanya introspeksi, meminta maaf pada suaminya dan mengadu pada Allah….

“Apakah aku masih diberi kesempatan untuk mendampingi dan menjagamu selamanya?” tanya suaminya.

Mereka bertatapan.

Dalam genangan lara perempuan itu mengangguk. Tapi ia sungguh tak tahu sampai kapan luka itu sembuh. Dan S? Ah, perempuan seperti apa yang tega menggoda dan mencoba merenggut kebahagiaannya?

Duka dan maaf berarak dalam kamar yang gelap. Sepasang cinta dengan sayap luka berdekapan hingga pagi menyapa. Berharap sabar dan sesal dapat melelehkan luka yang batu.

(untuk seorang sahabat, dengan empati yang dalam)

Bersambung dalam "saat dia berpaling 2, 3, dan 4"



Read More......

Sunday, May 20, 2007

8 waves waterpark



bbrp hr yg lalu, kita 'diajakin' client mengikuti acara tahunan mereka pd hr jumat kemarin, yaitu company gathering 2007 di 8 waves waterpark. nampaknya temen2 pada males, selain hrs berangkat pagi2, jam 5.30 (krn jam 7an mobilnya ngk bisa lewat distrik biz makati, semacam 3in1 di jkt, tp aturan ini by nomor mobil, hari tertentu di jam sibuk hanya nomor daerah tertentu saja yg diijinkan lewat tengah kota), jg tempat yg dituju 'ngk' sebegitu menariknya.

akhirnya dengan sedikit keterpaksaan, kita berangkat dr hotel jam 5.30 dg 'suka cita'. perjalanan berangkatnya lancar tdk ada kendala, sampai kemudian di tempat berhenti pertama unt ambil jatah sarapan. trus dilanjutkan dg tidur sampai ngk terasa nyampek ditempatnya, jam 8an.

kita masuk dan jalan keliling area wisata. ngk begitu luas, dan memang cocok unt wisata berenang aja. krn suasana semakin siang, semakin panas, kita pada nongkrong di bilik trus pada ngadem di food court sambil nonton yg maen bilyar.

sampeklah pada acara yg ditunggu-2, makan siang dan lgs plg...
ditengah makan siang, gelombang buatannya mulai dimainkan, beginilah hasil capture-nya (masih rada krg jelas, maklum baru pertama make-nya)

stlh pd kelar mkn, kita lgs buru2 cabut plg. biar ngk ngelewati jam 3, karena aturan batasan nomor kendaraan mulai berlaku jam 3 sore. satu jam-an jalan masih lancar2 ajah, setelah mendekati manila, barulah mulai merayap. bisa dibayangkan deh, gimana macetnya, seperti gambar dibawah ini...


akhirnya jam 4an sore nyampek di hotel, dan ak lgs meluncur ke knt, lembur sampek jam 7 malem... gile benerrrr!

Read More......

ke ph lagi

setelah hampir semingguan di jkt, karena jadwal pulang bulanan plus extend 1 hari untuk cuti, ahkirnya harus berangkat juga ke ph. nyampek di ph lgs digeber, bahkan hrs extra masuk kantor krn masih ada interface yg harus disempurnakan.

meski cukup lama di jkt tetep aja disibukan dg support projek ph. berturut-turut selama tiga hari sit-in di kantor cabangnya di jkt. meskipun ngk ada kendala koneksi internet, tp untuk nyampek kantor itu harus ditempuh dg perjuangan extra, mana 3in1 dan biangnya macet. sangat kontradiktif dg kondisi berangkat ke kntnya di ph.


nah pas liburan wekend, ada juga yg mesti dikerjakan, temen nitip beli kamera digital di mangga dua dan hrs dititipkan temen yg berangkat ke ph satu hari sblm keberangkatanku, lumayan merepotkan. katanya di mangga dua lebih murah dr pada ditempat dia. yach... demi teman, diusahakan jg deh.

hari rabu adalah hari keberangkatan ke ph lagi, meski perjalanan di pertengahan minggu, ternyata flight rame juga. chek in jam 11an dapet duduk di row paling belakang. sambil nuggu boarding ke lounge unt sarapan, disempatkan mampir di toko kopi nyicip banana java chip gratisan, enak jg... :)

nyampek di changi jam 2an. setelah muter2 nyari tempat boarding, ternyata next flight-nya baru jam 5an. hmm... cukup banyak waktu unt hunting, meski cuman di bandaranya doank.
ini beberapa hasil huntingnya.

saking asyiknya, ngk nyadar sandal yg dipake dah kiwir-kiwir mo lepas sambungannya. ngk nyangka secepet itu sandal rusak... buruan jalan unt nyampek tempat boarding, eh... blm nyampek, sandal dah keburu copot, wah binggung jg waktu itu, mana ditengah2 keramean... dg malu yg tersisa aku paksakan masuk toko sepatu yg paling deket, diliat2 dulu, diitung2 dulu, krn ngk rencana beli sepatu cari yg murah meriah aja deh.

masih kagok pake sepatu baru, ngk berani jln jauh2... lgs nongkrong aja di boarding room, sampek gate-nya dibuka. jam 5an barulah flight berangkat ke manila. perjalanannya selama 3,5jam, jam 8.30an akhirnya nyampek ninoy aquino int' airport. setelah keribetan urusan imigrasi, ahkirnya berhasil keluar teminal. untungnya udah tau kemana tempat penjemput biasanya ngantri, setelah jln belok kiri-kanan, terbaca papan nama yg tertera namaku diangkat seseorg. kemudian dilanjutkan dg perjalanan 1,5 jam menuju ke hotel.

mabuhay, salamat po

Read More......

Friday, May 4, 2007

what should i do?

Date: Fri, 4 May 2007 11:21:17 +0900 (JST)
From:admissionmgsim@iuj.ac.jp
To:myemail
Subject: IUJ Admission Results
Name: WIRAWAN, DWI HENDRA
ApplicationID:620177

Re: Notification of Successful Result

We are pleased to inform you that you have successfully
passed the screening process of the Graduate School of
International Management of the International University
of Japan for the 2007/2008 academic year.

Official Notification will be sent to you by postal mail.

Sincerely yours,

Yasuma Sugihara
President
International University of Japan

============================================================
Today is judgment day.
It's hard to make a decision for this, but I have to.
Well, I'm not to take this opportunity.
I still have a dream to get it,
but not in the condition as now.
Yes, there is no second opportunity, some people say.
But, they will come much more! I believe.
Thank you very much for all supports to make this come true
and the online and off line comments.
May 27, 2007
============================================================

Read More......